A Walk To Remember Baca Online (Prolog)
NICHOLAS SPARKS
Kan Kukenang Selalu
Untuk kedua orangtuaku, dengan penuh cinta
dan kenangan,
Patrick Michael Sparks (1942-1996)
Jill Emma Marie Sparks (1942-1989)
Dan untuk saudara-saudaraku,
dengan sepenuh hati dan jiwaku.
Micah Sparks
Danielle Lewis
Ucapan Terima Kasih
Seperti biasa, aku harus berterima kasih pada istriku, Cathy. Aku sangat bahagia saat ia menerima lamaranku. Namun aku lebih bahagia lagi karena setelah sepuluh tahun, aku masih merasakan hal yang sama terhadapnya. Terima kasih atas tahun-tahun terbaik dalam hidupku.
Aku berterima kasih pada Miles dan Ryan, putra-putraku, yang menempati tempat khusus dalam hatiku. Aku menyayangi kalian berdua. Bagi mereka, aku cuma “Dad”.
Terima kasih juga untuk Theresa Park, agenku di Sanford Greenburger Associates, teman dan orang kepercayaanku. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa banyak yang telah kaulakukan untukku.
Jamie Raab, editorku di Warner Books, yang juga patut menerima rasa terima kasih yang tulus dariku atas apa yang telah dilakukannya empat tahun terakhir ini. Kau yang terbaik.
Ada pula orang-orang yang telah membantuku selama ini: Larry Kirshbaum, Maureen Egen, John Aherne, Dan Mandel, Howie Sanders, Richard Green, Scott Schwimer, Lynn Harris, Mark Johnson, dan Denise Di Novi—Aku benar-benar terbekati karena bisa bekerja dengan kalian semua.
PROLOG
SEWAKTU aku berusia 17 tahun, hidupku berubah untuk selamanya.
Aku tahu ada orang-orang yang penasaran padaku saat aku mengatakannya. Mereka menatapku dengan heran seakan mencoba membayangkan apa kiranya yang terjadi ketika itu, meskipun aku jarang berusaha menjelaskan. Karena aku sudah tinggal di sini selama hampir seluruh hidupku, aku tidak merasa perlu untuk menjelaskan kecuali kalau aku mau, dan itu akan menyita waktu lebih lama daripada yang akan disisihkan oleh kebanyakan orang. Kisahku tidak dapat dirangkum dalam dua atau tiga kalimat saja, tidak dapat dikemas secara ringkas dan sederhana sehingga orang-orang dapat langsung memahaminya. Meskipun sudah lebih dari empat puluh tahun, mereka yang masih tinggal di sini dan sudah mengenalku sejak tahun itu menerima keenggananku dalam menjelaskan tanpa mempertanyakannya. Dalam banyak hal, kisahku juga boleh dibilang kisah mereka karena merupakan sesuatu yang pernah mempengaruhi hidup kami semua.
Meskipun aku yang paling terlibat di dalamnya saat itu.
Aku berusia 57 tahun sekarang, namun aku masih bisa mengingat semua yang terjadi di tahun itu dengan mendetail. Aku masih sering memikirkan kejadian di tahun itu, membayangkannya kembali. Aku menyadari bahwa setiap kali aku melakukannya, aku selalu merasakan kombinasi aneh antara kegembiraan dan kesedihan. Ada saat-saat aku berharap dapat memutar kembali jarum jam dan meniadakan semua kesedihan di sana. Namun perasaanku mengatakan bahwa kalau aku melakukannya, saat yang menyenangkan juga akan ikut hilang. Jadai aku menerima semua kenangan itu apa adanya, menerima semuanya, membiarkannya menuntunku setiap kali aku bisa. Hal ini terjadi lebih sering daripada yang kusadari.
Sekarang tanggal 12 April, setahun sebelum milenium baru, dan aku memandang sekelilingku saat meninggalkan rumah. Langit tampak gelap dan kelabu, namun sewaktu aku menyusuri jalanan, aku melihat tanaman dogwoods dan azalea sedang bermekaran. Aku menaikkan ritsleting jaketku sedikit. Udara terasa sejuk, meskipun aku tahu dalam waktu beberapa minggu lagi cuaca akan lebih menyenangkan, dan langit yang kelabu akan berangsur menjadi hari-hari yang membuat North Carolina menjadi salah satu daerah paling cantik di dunia ini.
Aku menghela napas, dan merasakan semuanya kembali. Mataku terpejam dan tahun-tahun itu mulai bergerak merasukiku, perlahan-lahan mundur ke masa lalu, seperti jarum jam yang berputar ke arah berlawanan. Seakan melalui mata orang lain, aku melihat diriku menjadi semakin lama semakin muda. Aku melihat rambutku berubah dari abu-abu menjadi kecokelatan, aku merasakan kerutan di sekitar mataku mulai menipis, lengan dan kakiku menjadi liat. Pelajaran-pelajaran yang kuperoleh seiring dengan bertambahnya usia menjadi semakin samar, dan kepolosanku muncul sementara tahun yang menentukan itu semakin mendekat.
Kemudian, seperti diriku, dunia pun mulai berubah: jalan-jalan menjadi lebih sempit dan beberapa di antaranya berlapis batu kerikil, daerah pemukiman digantikan hamparan tanah
pertanian, jalan-jalan di pusat kota penuh dengan orang, melihat-lihat etalase saat mereka melewati toko roti Sweeney’s dan toko daging Palka’s. Kaum pria mengenakan topi, wanita mengenakan rok. Di gedung pengadilan di ujung jalan, lonceng menara berdentang….
Aku membuka mataku dan terenyak. Aku sedang berada di luar bangunan gereja Baptis, dan saat aku memandang ujung atapnya, aku tahu persis siapa aku.
Namaku Landon Carter, dan umurku tujuh belas tahun.
Inilah kisahku, aku berjanji untuk tidak melewatkan apa pun.
Pada awalnya kau akan tersenyum, dan setelah itu kau akan menangis—jangan bilang aku tidak mengingatkanmu sebelumnya.
Kan Kukenang Selalu
Untuk kedua orangtuaku, dengan penuh cinta
dan kenangan,
Patrick Michael Sparks (1942-1996)
Jill Emma Marie Sparks (1942-1989)
Dan untuk saudara-saudaraku,
dengan sepenuh hati dan jiwaku.
Micah Sparks
Danielle Lewis
Ucapan Terima Kasih
Seperti biasa, aku harus berterima kasih pada istriku, Cathy. Aku sangat bahagia saat ia menerima lamaranku. Namun aku lebih bahagia lagi karena setelah sepuluh tahun, aku masih merasakan hal yang sama terhadapnya. Terima kasih atas tahun-tahun terbaik dalam hidupku.
Aku berterima kasih pada Miles dan Ryan, putra-putraku, yang menempati tempat khusus dalam hatiku. Aku menyayangi kalian berdua. Bagi mereka, aku cuma “Dad”.
Terima kasih juga untuk Theresa Park, agenku di Sanford Greenburger Associates, teman dan orang kepercayaanku. Tidak ada kata-kata yang bisa mengungkapkan betapa banyak yang telah kaulakukan untukku.
Jamie Raab, editorku di Warner Books, yang juga patut menerima rasa terima kasih yang tulus dariku atas apa yang telah dilakukannya empat tahun terakhir ini. Kau yang terbaik.
Ada pula orang-orang yang telah membantuku selama ini: Larry Kirshbaum, Maureen Egen, John Aherne, Dan Mandel, Howie Sanders, Richard Green, Scott Schwimer, Lynn Harris, Mark Johnson, dan Denise Di Novi—Aku benar-benar terbekati karena bisa bekerja dengan kalian semua.
PROLOG
SEWAKTU aku berusia 17 tahun, hidupku berubah untuk selamanya.
Aku tahu ada orang-orang yang penasaran padaku saat aku mengatakannya. Mereka menatapku dengan heran seakan mencoba membayangkan apa kiranya yang terjadi ketika itu, meskipun aku jarang berusaha menjelaskan. Karena aku sudah tinggal di sini selama hampir seluruh hidupku, aku tidak merasa perlu untuk menjelaskan kecuali kalau aku mau, dan itu akan menyita waktu lebih lama daripada yang akan disisihkan oleh kebanyakan orang. Kisahku tidak dapat dirangkum dalam dua atau tiga kalimat saja, tidak dapat dikemas secara ringkas dan sederhana sehingga orang-orang dapat langsung memahaminya. Meskipun sudah lebih dari empat puluh tahun, mereka yang masih tinggal di sini dan sudah mengenalku sejak tahun itu menerima keenggananku dalam menjelaskan tanpa mempertanyakannya. Dalam banyak hal, kisahku juga boleh dibilang kisah mereka karena merupakan sesuatu yang pernah mempengaruhi hidup kami semua.
Meskipun aku yang paling terlibat di dalamnya saat itu.
Aku berusia 57 tahun sekarang, namun aku masih bisa mengingat semua yang terjadi di tahun itu dengan mendetail. Aku masih sering memikirkan kejadian di tahun itu, membayangkannya kembali. Aku menyadari bahwa setiap kali aku melakukannya, aku selalu merasakan kombinasi aneh antara kegembiraan dan kesedihan. Ada saat-saat aku berharap dapat memutar kembali jarum jam dan meniadakan semua kesedihan di sana. Namun perasaanku mengatakan bahwa kalau aku melakukannya, saat yang menyenangkan juga akan ikut hilang. Jadai aku menerima semua kenangan itu apa adanya, menerima semuanya, membiarkannya menuntunku setiap kali aku bisa. Hal ini terjadi lebih sering daripada yang kusadari.
Sekarang tanggal 12 April, setahun sebelum milenium baru, dan aku memandang sekelilingku saat meninggalkan rumah. Langit tampak gelap dan kelabu, namun sewaktu aku menyusuri jalanan, aku melihat tanaman dogwoods dan azalea sedang bermekaran. Aku menaikkan ritsleting jaketku sedikit. Udara terasa sejuk, meskipun aku tahu dalam waktu beberapa minggu lagi cuaca akan lebih menyenangkan, dan langit yang kelabu akan berangsur menjadi hari-hari yang membuat North Carolina menjadi salah satu daerah paling cantik di dunia ini.
Aku menghela napas, dan merasakan semuanya kembali. Mataku terpejam dan tahun-tahun itu mulai bergerak merasukiku, perlahan-lahan mundur ke masa lalu, seperti jarum jam yang berputar ke arah berlawanan. Seakan melalui mata orang lain, aku melihat diriku menjadi semakin lama semakin muda. Aku melihat rambutku berubah dari abu-abu menjadi kecokelatan, aku merasakan kerutan di sekitar mataku mulai menipis, lengan dan kakiku menjadi liat. Pelajaran-pelajaran yang kuperoleh seiring dengan bertambahnya usia menjadi semakin samar, dan kepolosanku muncul sementara tahun yang menentukan itu semakin mendekat.
Kemudian, seperti diriku, dunia pun mulai berubah: jalan-jalan menjadi lebih sempit dan beberapa di antaranya berlapis batu kerikil, daerah pemukiman digantikan hamparan tanah
pertanian, jalan-jalan di pusat kota penuh dengan orang, melihat-lihat etalase saat mereka melewati toko roti Sweeney’s dan toko daging Palka’s. Kaum pria mengenakan topi, wanita mengenakan rok. Di gedung pengadilan di ujung jalan, lonceng menara berdentang….
Aku membuka mataku dan terenyak. Aku sedang berada di luar bangunan gereja Baptis, dan saat aku memandang ujung atapnya, aku tahu persis siapa aku.
Namaku Landon Carter, dan umurku tujuh belas tahun.
Inilah kisahku, aku berjanji untuk tidak melewatkan apa pun.
Pada awalnya kau akan tersenyum, dan setelah itu kau akan menangis—jangan bilang aku tidak mengingatkanmu sebelumnya.
0 Comments:
Post a Comment